Alergi Makanan Pada Anak, Pelajari Gejalanya!

Si kecil sering muntah sehabis makan? Mungkin saja Ia alergi. Reaksi alergi pada anak berbeda-beda. Bisa jadi mata atau hidung berair, pusing, bersin-bersin, diare, sakit perut, muntah, dan bisa juga berupa gejala psikis seperti rewel.

Kenali Gejalanya
Sama halnya dengan reaksi alergi yang beragam, gejala alergi pun ada berbagai macam:

• Bibir, mulut, dan tenggorokan bengkak
• Sulit bernafas
• Muntah atau diare
• Gatal-gatal
• Rewel

Jika anak Anda menunjukkan tanda-randa seperti diatas baiknya segera konsultasikan dengan dokter. Pasalnya jika hal ini dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan si kecil sulit makan dan sakit. Alergi yang sering ditemukan pada bayi dan balita adalah susu, telur, kacang, kedelai dan ikan.

Untuk mencegah dan menguragi kemungkinan terjadinya alergi makanan pada si kecil, ada baiknya Anda berikan ASI secara eksklusif selama minimal enam bulan atau menunda pemberian makanan padat sampai kekebalan tubuh si kecil meningkat karena pemberian makanan padat pada si kecil memang tidak bisa dilakukan secara instan.

Bagaimana Cara Deteksi Alergi? ~ Mencubit Kulit
Prosedur ini hanya bisa dilakukan oleh dokter. Dengan meneteskan zat yang dapat menyebabkan alergi pada kulit, tubuh si kecil akan dicubit dan apabila kulit si kecil memerah, berarti dapat dipastikan Ia mengalami alergi.

~ Tes Darah
Prosedur ini akan mengambil sampel darah si kecil untuk selanjutnya diketahui antibodi dan zat apa saja yang dapat menyebabkan alergi pada anak Anda.

Dilema Ibu Bekerja, Bagaimana Agar Anak Tak Kurang Perhatian?

Ibu yg bekerja memang kerap menimbulkan dilema, terlebih lagi jika sang anak masih dalam tahap pertumbuhan yang membutuhkan perhatian ekstra. Meninggalkan anak hanya bersama dengan pengasuh rasanya tak tega tetapi pekerjaan di kantor pun menumpuk untuk segera diselesaikan?

Hmm.. Jangan langsung panik, ingatlah apa tujuan Anda bekerja pada awalnya dan ikuti tips bermanfaat di bawah ini!

~ Luangkan Waktu Sebelum Anak Tidur
Pastikan Anda pulang sebelum si kecil tidur. Dengan begitu Anda tetap dapat menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang walaupun sebentar. Periksa lagi kelengkapannya untuk sekolah esok hari, pastikan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lainnya telah diselesaikan. Dengan begitu, anak Anda pun mengerti bahwa meskipun ibunya pergi bekerja, tetapi tidak berarti kebutuhannya terabaikan.

~ Akhir Pekan Pastikan Tanpa Pengasuh
Akhir pekan merupakan saat yang tepat untuk menyegarkan pikiran dengan berjalan-jalan bersama dengan keluarga. Yang terpenting sebenarnya adalah perhatian, meskipun hanya beristirahat di rumah, pastikan Anda memiliki waktu yang berkualitas berdua dengan si kecil tanpa adanya pihak lain.

~ Stop Jika Anak Sakit
Memiliki anak adalah komitmen. Meskipun akan menjadi dilema, usahakan fokus pada kesehatan anak jika sedang sakit. Sebisa mungkin antarkan sendiri anak Anda ke dokter ketika Ia sakit. Dengan begitu Anda pun akan mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang penyakitnya ketimbang harus mendengarnya dari orang lain.

~ Komunikasi
Meskipun sepele, tetapi komunikasi merupakan kunci utama. Meskipun Anda sibuk bekerja, jangan lupa hubungi anak dirumah dan pantau terus setiap kegiatannya. Jangan sampai Anda tidak tahu apa saja yang Ia lakukan di rumah maupun di tempat kegiatan lain karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. 

Kebiasaan Menggigit Kuku Rentan Turunkan IQ Anak!

Bagi Anda yang memiliki anak yang terbiasa menggigit kuku berhati-hatilah! Sebenarnya menggigit kuku merupakan hal yang lumrah dilakukan apabila seseorang, tidak hanya anak kecil tetapi juga otang dewasa merasa gugup. Tetapi sebuah penelitian yang dilakukan di Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa kebiasaan menggigit kuku khususnya pada anak kecil pada menyebabkan kemunduran intelejensi alias IQ anak dipastikan bisa turun secara drastis!

Mengapa Bisa Terjadi?

Tangan dan kuku yang kotor membuat zat timah secara cepat dapat mengendap dibawah kuku. Timah tersebut dapat merusak menghambat pertumbuhan dan perkembangan otak anak karena paparan timah pada tubuh manusia yang masih dalam masa pertumbuhan dapat merusak sistem saraf. Karena hal tersebut, seorang anak yang sering menggigit kuku diyakini akan mengalami kemunduran dalam hal perkembangan otaknya.

Tidak hanya pada tanah dan debu yang masuk ke dalam kuku, timah sebenarnya juga dapat ditemui di buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan bersih. Oleh sebab itu, pastikan anak Anda selain menghentikan kebiasaan menggigit kuku juga terjaga kehigienisan makanannya.

Nah, jika anak Anda termasuk anak yang sering bermain dengan tanah atau cat berhati-hatilah, paling tidak biasakan agar mereka selalu mencuci tangan dengan sabun hingga bersih dan berikan pengertian dengan bahasa yang mudah dimengerti sedini mungkin bahwa memiliki kebiasaan menggigit kuku selain akan membuat kuku tampak jelek juga dapat membuat tubuh mereka tidak sehat.

Dorong Si Kecil Agar Berani ke Dokter Gigi!

Fobia dokter gigi merupakan hal yang lumrah dialami oleh anak kecil, entah karena pernah mengalami kejadian yang dirasa kurang menyenangkan dengan dokter gigi atau mendengar cerita-cerita “menyeramkan” tentang dokter gigi dilingkungan pertemanannya. Nah, bagaimana caranya agar si kecil terdorong untuk berani pergi ke dokter gigi?

Jangan Tunggu Sakit

Melakukan kontrol rutin disaat giginya dalam keadaan sehat merupakan saat yang paling tepat. Dengan begitu, Ia tidak akan memiliki bayangan bahwa pergi ke dokter gigi itu sakit dan menyeramkan. Perkenalkanlah si kecil dengan suasan dan peralatan-peralatan yang ada di ruangan praktek. Dengan begitu Ia akan mengerti bahwa pergi ke dokter gigi bukanlah hal yang menakutkan.

Jangan Takuti Si Kecil

Menakut-nakuti si kecil dan memberikan ancaman seperti "Awas ya, kalau nakal nanti Mama bawa ke dokter". dan sebagainya merupakan hal yang tidak boleh Anda lakukan. Dengan ancaman seperti itu, si kecil akan semakin anti dengan dokter dan akibatnya ketika Ia akan takut dan sulit diajak pergi ke dokter.

Satu per Satu

Untuk menghindari trauma, janganlah mencabut gigi anak secara sekaligus apabila terdapat banyak lubang dalam waktu yang bersamaan. Aturlah pertemuan secara berkala agar dibenaknya pun tidak ada ketakutan akan tindakan dokter yang "ekstrim".

Cari Dokter Spesialis

Carilah dokter yang mengerti dan dekat dengan anak. Dengan pendekatan dokter yang tepat anak yang awalnya takut pasti secara perlahan akan berubah menjadi berani.